Apa yang dimaksud dengan anemia defisiensi zat besi (ADB) dan apa penyebabnya?
ADB merupakan kondisi ketika sel-sel darah merah tidak membawa cukup oksigen ke
jaringan tubuh. Penyebab dari anemia umumnya karena kekurangan zat besi. Tubuh
manusia membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin, pigmen merah pembawa
oksigen dalam darah. Jika bayi tidak mendapatkan cukup zat besi, jumlah sel
darah merahnya akan lebih sedikit dan ukurannya lebih kecil.
Anak-anak sangat rentan terkena anemia selama masa pertumbuhan karena mereka
memerlukan zat besi tambahan untuk tumbuh. Kekurangan zat besi bisa terjadi karena beberapa alasan, termasuk rendahnya zat
besi dalam makanan, pendarahan yang terus menerus (misalnya di saluran usus),
dan buruknya penyerapan zat besi oleh tubuh.
Semua anak usia 9-24 bulan berisiko tinggi terserang anemia. Itulah sebabnya
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan bahwa bayi harus
menjalani skrining anemia pada usia 12 bulan atau lebih awal, jika bayi lahir
prematur. Akan tetapi, jika menemukan tanda-tanda anemia lebih awal, segera
hubungi dokter anak.
Untuk menentukan apakah si kecil menderita anemia atau tidak, dokter akan
melakukan tes darah untuk mengukur kadar hemoglobin dan hematokrit (persentase
sel darah merah dalam darah). Biasanya dokter akan memberikan suplemen tambah besi jika anak mengalami ADB.
Suplemen zat besi harus atas resep dokter, tidak boleh sembarangan
memberikannya, karena kebanyakan suplemen zat besi akan menyebabkan keracunan
pada anak.
Tanda-tanda bayi terkena ADB di antaranya :
- Nafsu makan berkurang. Ciri bayi anemia defisiensi zat besi yang pertama adalah nafsu makan yang berkurang pada bayi.
- Berat Badan susah naik.
- Mudah sakit dan terserang infeksi. Anemia defisiensi zat besi pada bayi akan menyebabkan daya tahan tubuh menjadi berkurang, krn itu bayi menjadi mudah sakit.
- Wajah pucat.
- Sering mengalami kegelisahan maupun kesulitan untuk memulai tidur.
- Mudah lelah.
- Suhu tubuh naik turun.
- Lidah luka.
Jika ada tanda seperti di atas segera bawa ke dokter anak. Itulah
sebabnya zat besi sangat diperlukan untuk anak-anak. Kekurangan zat besi dapat
berdampak negatif ke kecerdasan, perilaku, dan kemampuan motorik anak. Zat besi juga sangat penting untuk perkembangan otak bayi. Selain itu otak bayi
membutuhkan 30% lemak untuk perkembangannya dan lemak banyak terdapat dalam
protein hewani. Karena itu bayi sangat tidak disarankan diet lemak. Kekurangan zat besi pada anak menyebabkan Anemia defisiensi besi.
Memenuhi kebutuhan zat besi yang paling baik adalah dengan mengonsumsi makanan
yang mengandung zat besi. Makanan yang mengandung sumber zat besi paling tinggi
adalah daging berwarna merah. Sayuran hijau juga mengandung zat besi yang tinggi tetapi hanya diserap sekitar
3-8% dibandingkan dengan sumber hewani yang diserap sebesar 23%. Kebutuhan zat besi bayi usia 6-12 bulan adalah 11 mg per hari, sedangkan anak
berusia 1- 3 tahun (batita) membutuhkan zat besi lebih sedikit, yaitu 7 mg per
hari. ASI hanya memenuhi 0,3 mg zat besi per hari.
Tips memenuhi kebutuhan zat besi bayi dan batita :
- Beri makanan yang mengandung tinggi zat besi minimal dua kali per hari.
- Berikan buah yang mengandung vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi.
- Jangan berikan susu (kecuali ASI) setelah konsumsi makanan yang mengandung zat besi karena akan menghambat penyerapan zat besi. Berikan susu minimal 2 jam setelah makan kecuali ASI.
- Jangan beri kopi dan teh pada balita under 5y karena kopi dan teh mengandung kafein yang dapat menghambat penyerapan zat besi.
- Batasi konsumsi susu minimal 500 ml dalam sehari, termasuk produk turunan susu lainnya. Seperti keju, yoghurt dan UB batasi penggunaannya tiga kali dalam seminggu.
Sumber
zat besi hewani dan non hewani:
Daging sapi: 0,8 mg (28 gram atau 1/4 ons)
Daging kambing: 1 mg (28 gram atau 1/4 ons)
Hati ayam: 3,6 mg (28 gram atau 1/2 potong)
Hati sapi: 1,7 mg (28 gram atau 1/2 potong)
Bayam: 1 mg (1 ikat)
Brokoli: 0,2 mg (9 kuntum)
Daging Domba : 1.3 mg (28 g atau 1/4 ons)
Bebek : 0.8 mg (28 gram)
Gurita: 2.7 mg (28 gram)
Telur : 1.2 mg (100 gram)
Ayam: 0.9 mg (100 gram)
Udang : 0.5mg (100 gram)
Ikan Salmon : 0.3mg(100 gram)
Ikan tuna : 1,3 mg (100 gram)
Asparagus : 2,2 mg (6batang)
Tomat : 2 mg (100 gram)
Edamame : 1,9 mg (100 gram)
Kentang : 1,9 mg (50 gram)
Bit : 1,6 mg (100 gram)
Labu: 1,4 mg (100 gram)
Kacang merah : 2,3 mg (75 gram)
Kedelai : 6,5 mg (75 gram)
Kacang Kapri : 1,7 mg(100 gram)
Alpukat : 1,12 mg (100 gram)
Sukun : 1,19 mg (100 gram)
Kurma : 1,6 mg (100 gram)
Jangan lupa follow akun sosial media kami di: